Apa itu Textile KNOWLEDGE?

Kenali kami lebih dekat

Bahaya Limbah NaOH

NaOH yang sering digunakan industri untuk berbagai keperluan ternyata berpotensi cemari lingkungan.

Spinning Proces/Proses Pemintalan Serat

Proses pemintalan lengkap, serat Cotton maupun Sintetis dari serat hingga kain

Macam macam bahan Tekstil, Jenis serat dan Sifat bahan

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula material tesktil

Jenis, Definisi dan Aplikasi Benang

Produk tekstil dibuat dengan cara dan hasil berbeda-beda sesuai treatmentnya.

Thursday 12 April 2012

Anak BSU masuk Koran Tribun Jogja dan Oke Zone


Beasiswa Unggulan Belum Terserap Optimal

YOGYAKARTA – Beasiswa banyak dicari-cari mahasiswa, tapi tidak semuanya terserap maksimal. Mahasiswa yang berminat terganjal persyaratan ketat. Salah satunya beasiswa unggulan bagi mahasiswa berprestasi.

Jenis pembiayaan pendidikan ini hingga sekarang memang belum terserap optimal. Khususnya beasiswa belajar ke luar negeri. Kriteria dan persyaratan ketat dituding sebagai penyebab utama mengapa beasiswa yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini belum sesuai harapan.

"Belum optimalnya serapan beasiswa unggulan ini bukannya tidak ada peminat. Namun, lebih pada kendala persyaratan akademis, misalnya kemampuan bahasa Inggris dan TOEFL," ungkap Kepada Biro Perencanaan Kerja Sama Luar Negeri (BPKLN) Kemendikbud AB Susanto di sela-sela penganugerahan beasiswa unggulan bagi mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) di Hotel Sahid Yogyakarta, kemarin.

Bagi yang ingin mendapatkan beasiswa S-3, mereka juga harus memiliki ide-ide yang cemerlang. Dengan demikian, kalau tidak ada ide yang luar biasa, tentu tidak lolos seleksi mendapatkan beasiswa tersebut. Menurut Susanto, sejak beasiswa unggulan prestasi ini diberikan pada 2006 hingga saat ini sudah ada 16 ribu mahasiswa yang menikmatinya. Dari jumlah ini, 10 persen di antaranya mendapatkan beasiswa double degree (gelar ganda) dengan perguruan tinggi luar negeri.

"Jumlah ini masih di bawah target kami. Menurut angka partisipasi kasar (APK) untuk beasiswa double degree ini ditargetkan 25 persen dari jumlah penerima," paparnya.

Target tersebut selain menjadi kebutuhan di era global dengan banyaknya lulusan double degree ini juga dalam rangka menghadapi Asean Community. Alasannya, dengan gelar tersebut, mereka akan diterima bekerja di kawasan ASEAN.

"Tahun 2012 kami membuka 1.500 beasiswa unggulan. Beasiswa masih dimungkinkan bertambah dengan adanya perubahan anggaran," ungkap Susanto.
Susanto menjelaskan, beasiswa unggulan hanya diberikan kepada mahasiswa. Dosen tidak diperkenankan mengaksesnya. Melalui fasilitas tersebut diharapkan tidak ada alasan lagi mahasiswa berprestasi tidak dapat melanjutkan kuliah karena kesulitan biaya.

Hingga tahun ini nominal beasiswa yang sudah diberikan senilai Rp400 miliar. Jumlah itu belum mampu memenuhi target menyekolahkan mahasiswa berprestasi studi ke mancanegara. Pada 2012 ini baru bisa memberangkatkan satu orang, yaitu mahasiswa juara sains internasional ke Australia.

"Sebenarnya kami menargetkan dapat memberangkatkan 20 mahasiswa untuk studi ke perguruan tinggi (PT) terbaik di luar negeri. Tapi, keterbatasan anggaran membuat kami baru memberangkatkan satu orang," ungkap Susanto.

UII, salah satu provider yang diberikan kewenangan BPKLN Kemendikbud untuk merekrut dan menyeleksi para bibit unggul, di tahun akademik 2011/2012, mengelola 235 mahasiswa beasiswa unggulan yang tersebar di semua fakultas di lingkungan kampus tersebut.

"Jumlah penerima tiap fakultas tidak sama, misalnya untuk fakultas teknologi industri (FTI) ada 45 mahasiswa yang menerima. Yang paling banyak adalah fakultas ekonomi, sebab untuk fakultas ini bukan saja mahasiswa S-1, tapi juga S-2 dan S-3," kata Dekan FTI Moch Teguh.

Teguh mengutarakan, penerimaan beasiswa unggulan 2012 semakin lebih berat, terutama persyaratan bagi fakultas yang mengajukan beasiswa, yakni harus sudah mempunyai kerja sama double degree dengan perguruan tinggi luar negeri dan disahkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud.

"Sedangkan mahasiswa yang ingin mendapatkan persyaratannya tetap sama. Antara lain memiliki prestasi di bidang akademik maupun nonakademik. Beasiswa akan diberikan selama delapan semester dan bagi yang menerima IPKnya minimal 3,00," paparnya. (priyo setyawan/koran si)(okeZone.kampus)

Tribun Jogja - Kamis, 5 April 2012 14:34 WIB

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN – Sebanyak 235 mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta memeroleh beasiswa program unggulan yang nilainya mencapai Rp 12 miliar. Beasiswa yang diperoleh dari hasil kerjasama dengan Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini diserahkan kepada para mahasiswa di Hotel Sahid Raya, Babarsari, Depok, Sleman pada Kamis (05/4/2012).

AB Susanto selaku kordinator beasiswa unggulan BPKLN Kemdikbud RI menjelaskan bahwa beasiswa itu merupakan bukti pemerintah untuk bisa memberikan kesempatan kepada mahasiswa unggulan sehingga mereka bisa menempuh jenjang S1, S2 bahan S3 yang biayanya ditanggung oleh pemerintah.

“Semuanya berhak dengan catatan telah memenuhi kriteria penerima beasiswa,” jelasnya.

BPKLN ini sudah memberikan beasiswa sejak tahun 2006 dengan total anggaran sebesar Rp 400 miliar. Jumlah tersebut disalurkan kepada sekitar 16 ribu mahasiswa unggulan di seluruh Indonesia.

Hadir pula dalam acara penganugerahan beasiswa tersebut yakni Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah. Pihaknya juga ikut serta memberikan beasiswa semisal yang rutin dilaksanakan yakni beasiswa kepada 2000 orang mahasiswa di seluruh Indonesia. “Mereka memeroleh beasiswa sebesar Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu setiap bulannya per mahasiswa,” jelasnya. (www.tribunjogja.com).

Wednesday 11 April 2012

Limbah NaOH Soda kaustik



Natrium hidroksida adalah basa kuat - dan kaustik, Ketika dibuang, natrium hidroksida (NaOH) adalah limbah berbahaya menurut peraturan limbah berbahaya EPA AS - karena materi pameran karakteristik berbahaya korosi.

NaOH cukup mudah untuk mengobati - hanya menetralisir itu, atau menggunakannya untuk mengobati (menetralisir) asam limbah.

Ketika limbah berbahaya dikirim ke fasilitas limbah berbahaya, diperlakukan sehingga kurang berbahaya. Hal ini dapat dibakar, diperlakukan dengan cara dicampur dengan bahan kimia lainnya, dipanaskan, dll Bila limbah berbahaya diperlakukan ke suatu titik tertentu, maka dapat tanah dibuang (TPA limbah berbahaya).
 
limbah yang paling berbahaya adalah dalam bentuk air limbah dan diperlakukan menggunakan metode untuk mengobati air limbah - (primer, sekunder, tersier metode) - dan air yang diolah dibuang ke permukaan air, atau bahkan deep-baik disuntikkan.

Sebagai kontaminan di permukaan air, efek utama natrium hidroksida akan menaikkan pH.

Bahaya Bagi  Tanah
Natrium hidroksida sangat reaktif dan cepat dinetralisir oleh bahan kimia organik di dalam tanah. Untuk alasan ini, tidak diharapkan untuk bermigrasi ke bawah melalui tanah ke air tanah.

Natrium hidroksida akan diharapkan untuk bereaksi dengan air dan bahan organik di dalam tanah, sehingga menjadi dinetralisir.
Awal Remediasi Gol untuk Residential Tanah (US EPA, 2002 Wilayah IX)

Bahaya bagi Air

Natrium hidroksida tunduk pada deposisi basah (washout oleh curah hujan) dan deposisi kering. Ini akan mudah menggabungkan dengan uap air di udara, dan hasil aerosol atau kabut akan korosif dan Kontaminasi Permukaan
Kontak kulit dan konsumsi yang dihasilkan dari aktivitas tangan ke mulut akan diharapkan jika permukaan diakses terkontaminasi dengan bentuk padat atau cair natrium hidroksida. Bersihkan-up standar untuk natrium hidroksida pada permukaan belum ditetapkan.

Saran Alat Pelindung Diri

Kenakan wajah-piece, penuh tekanan positif, udara disediakan respirator dan kacamata pengaman kimia atau perisai wajah penuh jika percikan mungkin. Pakailah tahan dan pakaian pelindung, sepatu bot, sarung tangan, dan baju (Mallinckrodt, 2001).

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertastekstilair minumsabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

MSDS Soda Api (NaOH)

Mungkin, sebagian besar dari anda yang membaca artikel ini sudah sangat familiar dengan soda api atau sodium hydroxide (NaOH). Bahkan setiap hari di tempat labolatorium dan kerja anda bergelut dengan NaOH, yang kita tahu merupakan salah satu bahan kimia B3. Namun, apakah anda yakin bahwa anda sudah tahu betul potensi bahaya soda api?

Jika anda belum mengetahui secara pasti potensi bahaya NaOH, apa yang harus dilakukan ketika terciprat cairan NaOH atau alat pelindung diri apa yang harus digunakan ketika melakukan handling NaOH, maka hentikan praktik labolatorium atau pekerjaan anda saat ini juga. Pahami MSDS NaOH sekarang.
Pastikan bahwa anda memahami semua informasi yang ada di dalamnya. Jika alat pelindung diri yang anda gunakan saat ini belum sesuai dengan standar keselamatan, segera minta kepada pihak perusahaan.

Selain berbahaya bagi bagi praktikan labolatorium ataupun pekerja yang bergelut dengan NaOH, ada juga bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh NaOH melalui industri-industri yang menggunakan zat kimia ini dalam prosesnya. Berikut adalah beberapa fakta pencemaran lingkungan dari industri yang menggunakan NaOH (Limbah NaOH) dari berbagai sumber :

Reaktivitas NaOH dan Kekhawatiran dampak bagi Fisik

Kompatibel dengan air, asam, cairan mudah terbakar, halogen organik, logam seperti aluminium, timah dan seng, dan nitromethane. Substansi adalah basa kuat; bereaksi keras dengan asam dan korosif di udara lembab untuk logam seperti seng, aluminium, timah dan timbal membentuk gas hidrogen yang mudah terbakar / meledak. Bereaksi dengan garam amonium untuk menghasilkan amonia, menyebabkan bahaya kebakaran. Serangan beberapa bentuk plastik, karet atau pelapis.

Cepat menyerap karbon dioksida dan air dari udara. Kontak dengan kelembaban atau air mungkin menghasilkan panas yang cukup untuk menyalakan bahan mudah terbakar.

Bahaya Paparan

Mengisap, menelan, kulit dan / atau kontak mata Natrium hidroksida menyebabkan iritasi parah pada mata, kulit, membran mukosa; pneumonitis, mata, kulit terbakar, kerugian sementara rambut. Zat ini sangat korosif mata, kulit dan saluran pernapasan. Korosif pada konsumsi. Menghirup suatu aerosol zat dapat menyebabkan edema paru. Menghirup zat bisa menyebabkan terbakar sensasi, sakit tenggorokan, batuk, sesak napas, sesak napas. Gejala mungkin tertunda. Kontak kulit dapat menyebabkan kemerahan, nyeri, luka bakar pada kulit yang serius, lecet. Mata kontak dapat menyebabkan kemerahan, nyeri, penglihatan kabur, luka bakar yang dalam yang parah. Pemakanan mungkin menghasilkan sensasi terbakar, sakit perut, shock atau runtuh.

Paparan kronis

Berulang atau berkepanjangan kontak dengan kulit dapat menyebabkan dermatitis. Debu caustic adalah mengiritasi sistem pernapasan bagian atas. Paparan berkepanjangan terhadap konsentrasi tinggi dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan ulserasi bagian hidung.

Pertolongan Pertama
Jika terhirup, pindahkan korban ke udara segar, istirahat dan mempertahankan posisi setengah tegak. Gunakan buatan respirasi jika perlu. Segera mencari bantuan medis. Jika kontak dengan kulit terjadi, menanggalkan pakaian yang terkontaminasi, bilas kulit dengan banyak air dingin atau mandi. Mencari perhatian medis. Jika kontak mata terjadi, pertama bilas dengan banyak air dingin selama beberapa menit, kemudian segera mencari perhatian medis. Jika tertelan, bilas mulut. Jangan menginduksi muntah. Berikan banyak air untuk minum. Segera cari bantuan medis.

Limbah Penggunaan NaOH dalanm Sabun dan Deterjen

Limbah domestik kerapkali mengandung sabun dan diterjen. Keduanya merupakan sumber potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah senyawa garan dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari ion sabun. Suatu gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan hidrokarbon yang panjang sebagai “ekor“.

Dengan adanya minyak, lemak dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya, kecenderungan untuk ‘ekor” dari anion melarut dalam bahan organik, sedangkan bagian “kepala” tetap tinggal dalam larutan air. Oleh karena itu sabun mengemulsi atau mengsuspensi bahan organik dalam air.

Keuntungan yang utama dari sabun sebagai bahan pencuci terjadi dari reaksi dengan kation-kation divalen membentuk garam-garam dari asam lemak yang tidak larut. 

2 C17H35COO-Na+ + Ca2+ –> Ca(C17H35CO2)2(s) + 2 Na+

Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari mahnesium atau kalsium. Keduanya tidak seluruhnya efektif seperti bahan­bahan pencuci. Bila sabun digunakan dengan cukup, semua kation divalen dapat dihilangkan oleh reaksinya dengan sabun, dan air yang mengandung sabun berlebih dapat mempunyai kemampuan pencucian dengan kualitas yang baik.

Begitu sabun masuk ke dalam buangan air atau suatu sistem akuatik biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium, oleh karena itu beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akhirnya dengan biodegridasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan. Oleh kerena itu i terlepas dari pembentukan buih yang tidak enak dipandang, sabun tidak menyebabkan pencemaran yang penting.

Deterjen sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristik yang tidak nampak pada sabun.

Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan yang bereaksi dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan  gas (udara), padatan-padatan (debu)  dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur “Amphiphilic” yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.

Senyawa ini suatu surfaktan alkil sulfat, suatu jenis yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti shampo, kosmetik, pembersih, dan loundry. Sampai tahun 1960-an  sufaktan yang paling umum digunakan adalah alkil benzen sulfonat. ABS suatu produk derivat alkil benzen. ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada strukturnya. Oleh kerena itu ABS kemudian digantikan oleh surfaktan yang dapat dibiodegradasi yang dikenal dengan Linier Alkil Sulfonat (LAS). Sejak LAS menggantikan ABS dalam deterjen masalah-masalah yang timbul seperti penutupan permukaan air oleh gumpalan busa dapat dihilangkan dan toksinitasnya terhadap ikan di air telah banyak dikurangi.

Sampah dan buangan-buangan kotoran dari rumah tangga, pertanian dan pabrik/industri dapat mengurangi kadar oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh kehidupan  dalam air. Di bawah pengaruh bakteri anaerob senyawa organik akan terurai dan menghasilkan gas-gas NH3 dan H2S dengan bau busuknya. Penguraian senyawa-senyawa organik juga akan menghasilkan gas-gas beracun dan bakteri-bakteri patogen yang akan mengganggu kesehatan air.

Ditergen tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dan yang tidak sempat diuraikan ini akan menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik seperti pestisida (DDT, dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan pencemar air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa aliran air pertanian dan akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan tubuh makhluk yang memakan makanan itu.

Bahan pencemar air yang paling berbahaya adalah air raksa. Senyawa­senyawa air raksa dapat berasal dari pabrik kertas, lampu merkuri. Karena pengaruh bakteri anaerob garam anorganik Hg dengan adanya senyawa hidrokarbon akan bereaksi membentuk senyawa dimetil mekuri (CH3)2Hg yang larut dalam air tanah dan masuk dalam rantai makanan yang akhirnya dimakan manusia.

Energi panas juga dapat menjadi bahan pencemar air, misalnya penggunaan air sebagai pendingin dalam proses di suatu industri atau yang digunakan pada reaktor atom, menyebabkan air menjadi panas. Air yang menjadi panas, selain mengurangi kelarutan oksigen dalam air juga dapat berpengaruh langsung kehidupan dalam air.

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya.

Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai keperluan rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses, diperdagangkan, diangkut dan lain-lain. Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk pembersih deterjen, amoniak, sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan masih banyak lagi untuk menyebutnya satu per satu. Bila ditinjau secara kimia bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Terdapat lima juta jenis bahan kimia telah dikenal dan di antaranya 60.000 jenis sudah dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap tahun diperdagangkan.

Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industri Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan baku industri maupun sebagai penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun kualitasnya.

Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan radioaktif, mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain.

Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu.

Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun danberbahaya pada suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak membahayakan lingkungan ataupun pemakai.

Karena itu untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan nilai ambang batasnya.

Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka waktu relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka panjang cukup fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan haruslah merumuskan akibat-akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh.

Melihat pada sifat-sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan.
SumberAchmad Lutfi pada 27-02-2009

Macam-macam Bahan Tekstil – Jenis-jenis serat, Sifat bahan tekstil


Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, maka perkembangan bahan tekstilpun semakin pesat sesuai dengan kebutuhan para konsumen. Bahan tekstil untuk busana tersebut berasal dari bermacam-macam serat.

Beasiswa Kuliah S1,S2 & S3


PROFESOR GRATIS 100%
Pendidikan merupakan salah satu faktor kunci dalam upaya memajukan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat suatu bangsa. “Sebanyak 3,03 juta lulusan tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena alasan faktor ekonomi”. Kata (Mentri Pendidikan Nasional)Muhammad Nuh (22/11/2011) di Jakarta.
Namun pernyataan itu sekarang tak begitu mengkahawatirkan, karena sebenarnya banyak jalan menuju pendidikan yang tinggi hanya dengan bekal prestasi yang baik, ketika seorang siswa mauapun mahasiswa yang berkeinginan melanjutkan studynya kejenjang yang lebih tinggi namun ia terhimpitkan oleh keadaan ekonomi keluarga atau bahkan kepergian orang tuanya akan tetapi selalu ada pilihan untuk menjadi lebih baik dan salah satu bentuk pilihan itu adalah dengan beasiswa.
Kebanyakan orang enggan untuk melanjutkan studynya hanya karena faktor ekonomi terlebih seorang anak yang telah ditinggal oleh kedua orang tuanya(yatim piatu), cita-cita mulia yang awalnya membara b agaikan kobaran api akhirnya dipadamkan dengan sekejap oleh bayang-bayang mahalnya pendidikan, sebenarnya hal ini tak perlu dirisaukan karena banyak perguruan tinggi yang menyediakan banyak jalur pembebasan biaya pendidikan(beasiswa) bahkan biaya hidup bagi siswa/mahasiswa yang berprestasi, memang persaingan begitulah ketat dalam memperebutkan beasiswa apalagi untuk perguruan tinggi yang favorit seperti : UGM,ITB,UII,Unsoed dll yang mana memang notaben perguruan tinggi itu didomonasi oleh orang berekonomi menengah keatas.
Namun pesimis memanglah tidak baik, karena Hanya bermodalkan prestasi dan kesungguh-sunggah saja  seorang yatim piatu pun bisa menjadi profesor,karena pemerintah telah berusaha untuk mengurangi angka siswa/mahasiswa putus belajar hanya karena faktor ekonomi, buktinya Kementrian Pendidikan Nasional(Kemendiknas) yang bekerja sama Biro perencanaan Kerjasama Luar Negri(BPKLN) telah menganggarkan beasiswa dari mulai S1,S2,S3 bahkan penelitian untuk meraih gelar profesorpun siap untuk ditanggun oleh BPKLN selaku pemberi beasiswa,sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (Pasal 26 Ayat 3)dibentuklah  progam ini yang sudah ditetatpkan sejak tanggal 22 April 2009 di Jakarta oleh Mentri Pendidkan Nasional yang waktu itu adalah Bambang Sudibyo,
Tak hanya siswa dan mahasiwa yang bisa memperoleh beasiswa ini, pegawai,guru berprestasi, wartawan, penulis buku , atlit olahraga bahkan perseorangan yang mendapatkan rekomendasi dari sebuah lembaga pun bisa mengajukan beasiswa ini, informasi selengkapnya bisa dibaca diwebsait www.beasiswaunggulan.kemendiknas.go.id , namun karena kurang adanya sosialisasi tenttang progam ini membuat banyak siswa/mahasiswa untuk melanjutkan studynya karena alasan yang sudah saya jelaskan seperti diatas tadi, sangat disayangkan jika hal ini disiasiakan karena pihak pemberi beasiswa telah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi –perguruan tinggi baik PTN/PTS hampir diseluruh Indonesia .
Untuk  itu sekarang tak ada lagi kata “putus belajar “baik itu pelajar,pegawai, olahragawan,penulis buku atau siapa saja yang memang masih berkeinginan untuk melanjutkan study nya,karena  tak pernah ada kata terlambat untuk kebaikan.

Tuesday 10 April 2012

BAHAYA BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN


“BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN”

ABSTRAKSI


Tulisan ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian penggunaan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana kedua bahan tersebut sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan. Dan jika penggunaannya terus dilakukan dan dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama kanker dan bahkan kematian untuk tingkat yang lebih lanjut. Hal ini telah menjadi hal yang cukup serius dan menjadi suatu masalah yang berusaha diselesaikan dengan baik oleh berbagai pihak terutama pemerintah.

Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus pada pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti ikan asin serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan formalin. Berbagai solusi kami tuliskan di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan banyak faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada masyarakatnya yang terlibat langsung.

PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, hipotesa dan manfaat.

1.1 Latar Belakang Masalah


Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal.

Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan. Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal yang sangat penting.


1.2 Pembatasan Masalah


Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis.


Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan itu merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat dari penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari kanker hingga menyebabkan kematian.


Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan. Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada pangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi lagi.

1.3 Perumusan Masalah
  1. Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau formalin pada pangan yang diproduksinya?
  2. Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya?
  3. Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks atau formalin?
  4. Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
  5. Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini supaya dapat dibasmi secara tuntas?

1.4 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengertian boraks dan formalin.

Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin pada proses pembuatannya. Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan boraks pada makanan.


1.5 Metode Penulisan


Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan angket. Di mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 40 lembar. Di mana angket itu berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai boraks dan formalin pada makanan mengacu pada tujuan yang telah ada.

1.6 Hipotesa
  1. Boraks dan formalin merupakan bahan pengawet yang umumnya digunakan untuk industri tekstil, kayu, dsb. Dapat juga digunakan sebagai pembasmi serangga dan hal-hal lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan makanan.
  2. Jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya adalah tahu, tempe, bakso dan ikan asin.
  3. Akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan adalah berbagai gangguan pada saluran pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-organ yang berselaput yang terkena secara langsung. Dan bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kanker bahkan kematian.
  4. Sebenarnya pemerintah telah berperan dalam pemberantasan penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan. Tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah kurang tegas dan tidak tepat mengenai sasaran. Sehingga hingga sekarang kita masih sering melihat orang-orang yang keracunan atau terkena penyakit lainnya, disebabkan memakan makanan yang mengandung boraks atau formalin.
1.7 Manfaat

  • Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin sebagai pengawet sehingga dapat menghindarinya.
  • Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk pangan. Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
  • Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan formalin dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.
LANDASAN TEORI

Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.

a. Tanda dan gejala akut :

  • Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis

  • Nafsu makan menurun
  • Gangguan pencernaan
  • Gangguan SSP : bingung dan bodoh
  • Anemia, rambut rontok dan kanker.
Sedangkan formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri tekstil dan kayu. Formalin memiliki bau yang sangat menyengat, dan mudah larut dalam air maupun alkohol. Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan adalah sebagai berikut.
  1. Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.
  2. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar
  3. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan kabur, bahkan kebutaan
  4. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.
Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap menggunakan kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya. Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak dapat mengetahui seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang digunakan dalam suatu makanan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Berikut adalah beberapa cara mengidentifikasi makanan yang menggunakan formalin dan boraks.

  • Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
  • Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.
  • Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.
  • Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin.
  • Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.
METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga diharapkan penelitian kami bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.

3.2 Sumber data

Sumber data kami adalah beberapa siswa SMA Kanisius, yang kira-kira kami ambil sampel adalah 40 siswa.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket. Dengan angket kami dapat menyimpulkan, melalui jumlah koresponden yang menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah koresponden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang sama. Dan setiap dari pertanyaan itu akan saling berkaitan.

3.4 Teknik Analisis Data

Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-tama memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh dengan baik. Lalu kami mulai menghitung jumlah data, setelah itu kami mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada angket berdasarkan jumlah responden yang memilih. . Langkah berikutnya, sesuai dengan jenis penelitian kami, kami menghubungkan data-data yang satu dengan yang lain dan juga dengan landasan teori yang ada. Langkah terakhir, kami menuangkannya dalam karya tulis ini.

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai apa itu boraks dan formalin, dampak penggunaan boraks dan formalin pada makanan dan jenis-jenis makanan yang mengandung boraks dan formalin yang kesemuanya itu dilengkapi dengan hasil angket sebelumnya.


4.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin



Menurut hasil angket kami, didapatkan bahwa yang mengetahui secara pasti apa itu boraks dan formalin adalah 29 orang dan yang tidak mengetahui begitu pasti apa itu boraks dan formalin adalah 11 orang, dari total 40 angket yang dibagikan.
Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui secara persis apa itu boraks dan formalin lebih banyak daripada yang tidak mengetahui secara pasti. Jika dimasukkan dalam persen maka 72,5 % responden menyatakan mengetahui boraks dan formalin, sedangkan 27,5 % lainnya tidak begitu mengetahui tentang boraks dan formalin.
Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan akan boraks dan formalin harus lebih sering disosialisasikan, agar diharapkan kita semua mengetahui secara pasti apa itu boraks dan formalin, sehingga dapat menggunakannya secara benar, sesuai dengan fungsinya. Maka diharapkan juga dengan pengetahuan akan boraks dan formalin tersebut, kasus penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan dapat dikurangi bahkan menghilang dari masyarakat.


4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan


Melalui hasil angket yang telah kami sebarkan sebelumnya, didapat hasil bahwa jumlah responden yang mengerti akan dampak angket hamper sama dengan responden yang tidak begitu tahu tentang dampak boraks dan formalin pada makanan. Adapun jumlah responden yang tahu dampak boraks dan formalin pada makanan adalah 18 orang dan yang tidak begitu tahu sebanyak 20 orang sedangkan yang sama sekali tidak tahu ada 2 orang. Jika dituangkan dalam presentasi adalah sebagai berikut :
  1. Jawaban A : 45%
  2. Jawaban B : 5%
  3. Jawaban C :50%
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden masih rancu atau bingung tentang apa dampak boraks dan formalin bagi tubuh tersebut.
Lalu apa sebenarnya dampak boraks dan formalin dalam makanan bila dikonsumsi tubuh kita?

a. Formalin


Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala lainnya.

Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :

  • Jika terhirup; Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.
  • Jika terkena kulit; Kemerahan, gatal, kulit terbakar
  • Jika terkena mata; Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan
  • Jika tertelan; Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.
b. Boraks

Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan:

  • Tanda dan gejala akut: Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)
  • Tanda dan gejala kronis; Nafsu makan menurun, Gangguan pencernaan, Gangguan SSP : bingung dan bodoh
  • Anemia, rambut rontok dan kanker.
Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh karena ada baiknya kita hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Jauhkan anak-anak dari makanan yang mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam makanan.

4.3  Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Borak

Berdasarkan hasil penelitian melalui angket yang telah kami sebarkan, jumlah responden yang menganggap bahwa tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering diberi formalin sebanyak 33 orang, sedangkan yang memilih ikan sebanyak 6 orang, dan 1 orang memilih kerupuk. Sedangkan menurut makanan-makanan yang biasa mengandung boraks dan formalin yang biasanya mereka konsumsi, jumlah responden yang memilih tahu dan bakso sebanyak 28 orang, 10 orang memilih ikan dan 2 orang memilih kerupuk.


Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa SMA Kanisius beranggapan bahwa tahu dan bakso merupakan makanan yang biasanya diberi formalin atau boraks. Tahu dan bakso memang cukup dikenal sering diberi formalin maupun boraks, namun bukan mereka makanan yang paling sering diberi formalin maupun boraks. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005, penggunaan boraks formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas. Yakni, 66 persen dari total 786 sampel. Sementara mi basah menempati posisi kedua dengan 57 persen. Tahu dan bakso berada di urutan berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen. Dan dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata responden banyak menjawab bahwa mereka paling sering mengkonsumsi tahu dan bakso. Padahal, menurut kebanyakan dari mereka tahu dan bakso adalah makanan yang biasanya mengandung boraks atau formalin. Mengapa mereka masih tetap sering mengonsumsinya meskipun menganggap bahwa tahu dan boraks yang paling sering mengandung formalin dan boraks? Mungkin hal ini disebabkan karena siswa SMA Kanisius percaya bahwa para pedagang di Kanisius pasti tidak memberikan formalin maupun boraks pada dagangannya, maka mereka tidak takut untuk mengonsumsinya.

Namun tetap saja, boraks dan formalin sangatlah berbahaya bila termakan. Walaupun berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005 penggunaan boraks dan formalin paling banyak adalah pada ikan dan hasil laut, namun jumlah 16 persen dan 15 persen tetap merupakan jumlah yang besar. Kita harus berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita makan, terutama makanan-makanan yang sedang marak diberi boraks maupun formalin.


Oleh karena itu, di bawah ini kami paparkan mengenai ciri-ciri dari beberapa makanan yang diberi boraks maupun formalin:


a. Mi basah


Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.

B. Tahu


Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin.

C. Bakso


Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya juga sangat kenyal.

D. Ikan segar


Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku dan sulit dipotong. Ia tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih.

E. Ikan asin


Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan keras, bagian luar kering tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian dalam masih mengandung air. Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi lebih berat daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin. Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Tubuh ikan bersih, cerah.

4.4  Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia

Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali dan sudah menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil langkah yang tegas dalam menangani hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan masih merajalela.

Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh BPOM, seperti : melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy, classic cream, black currant, dan manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan; dan melakukan sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam proses produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya dianggap gertakan oleh para pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan. Tetapi Badan POM tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang yang masih menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar dalam melakukan razia.

Dari data angket yang kami sebarkan ke beberapa responden, terdapat pertanyaan : “Menurut anda apakah peran pemerintah sudah ada dalam pemberantasan formalin? “ Dan dari pertanyaan itu, sebanyak 4 orang menjawab upaya pemerintah sudah banyak, sebanyak 17 orang menjawab upaya pemerintah sudah lumayan, dan terakhir 19 orang menjawab upaya pemerintah tidak ada sama sekali.



Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah masih kurang, karena lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya pemerintah masih sangat kurang. Ini mungkin disebabkan karena memang pemerintah kurang serius / tegas dalam menangani masalah ini, padahal ini adalah masalah yang serius, karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah seharusnya lebih gencar dalam menangani masalah ini.


PENUTUP

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran.

5.1  Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:

  1. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara pasti, tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu boraks dan formalin.
  2. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui secara pasti.
  1. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun 2005, ikan adalah bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks dan formalin.
  2. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.