Dalam
kerajinan tekstil, ada beberapa keteknikan yang menggunakan bahan pewarna
antara lain teknik batik, cetak saring, tenun, tapestri, renda, dan rajut. Zat warna
tekstil dapat digolongkan menurut cara perolehannya yaitu zat warna alam dan
zat warna sintetis. Sebelum kita mengenal zat warna terlebih dahulu kita
mengenal warna menurut spektrum atau panjang gelombang yang terserap.
1.
Pengertian Warna
Daerah
tampak dari spektrum terdiri dari radiasi elektromagnetik yang terletak pada
panjang gelombang antara 4000 Angstrum (400 nm) sampai 8000 Angstrum (800 nm)
dimana 1 Angstrum = 10-8 cm = 0,1 nano meter. Sedangkan radiasi (penyinaran) di
bawah 4000 Angstrum tidak akan tampak karena terletak pada daerah ultra violet,
dan di atas 8000 Angstrum adalah daerah infra merah juga tidak tampak oleh
mata.
Radiasi
yang tersebar secara merata antara 4000 Å- 8000 Åakan tampak sebagai cahaya
putih, yang akan terurai dalam warna-warna spektrum bias dengan adanya
penyaringan prisma. Warna-warna spektrum berturut-turut adalah : Violet, Indigo,
Biru, Hijau, Kuning, Jingga dan Merah. Untuk lebih jelasnya lihat tabel
spektrum di bawah:
Panjang gelombang
? (lamda)
|
Warna terserap Warna
|
tampak
|
4000 –
4350
4350 –
4800
4800 –
4900
4900 –
5000
5000 –
5600
5600 –
5800
5800 –
5950
5950 –
6050
6050 –
7500
|
Violet
Biru
Hijau –
Biru
Biru–
Hijau
Hijau
Kuning
– Hijau
Kuning
Jingga
Merah
|
Kuning
– Hijau
Kuning
Jingga
Merah
Ungu
Violet
Biru
Hijau –
Biru
Biru -
hijau
|
2- Percampuran warna
Hampir
semua warna yang terdapat dalam bahan tekstil dapat diperoleh dengan cara
mencampurkan tiga jenis zat warna. Untuk dapat memahami hal ini diperlukan
pengertian tentang sifat-sifat warna primer dan jenis-jenis penyempurnaan.
Spektrum
yang tampak dalam pelangi mengandung beraneka warna dari Merah, jingga, kuning,
hujau, biru dan lembayung. Warnawarna tersebut diperoleh dengan cara melewatkan
cahaya putih melalui prisma. Sebaliknya warna spektrum tersebut mudah digabungkan
lagi dengan prisma menjadi cahaya putih. Tetapi cahaya putih dapat pula diperoleh
dengan cara menggabungkan tiga jenis cahaya yakni merah, hijau dan biru. Ketiga
cahaya tersebut disebut cahaya primer. Hal ini dapat dilihat pada diagram
komposisi cahaya primer ideal.
Pencampuran
cahaya dapat menghasilkan warna putih disebut proses pencampuran warna secara
aditif. Dalam percobaan dengan menggunakan filter-filter warna yang sesuai,
kemudian mencampur ketiga warna tersebut pada layar putih. Dengan percobaan
tersebut akan terlihat bahwa pada dua pasang cahaya primer akan menghasilkan warna-warna
sekunder seperti berikut :
Merah + Biru = Magenta
Merah + Hijau = Kuning
Biru + Hijau = Sian
Sedangkan
pada pencampuran warna subtraktif akan terjadi pada peristiwa pencelupan dan
printing. Hasil yang diperoleh berbeda dengan pencampuran warna secara adaptif.
Pencampuran warna secara subtraktif yaitu digunakan warna – warna sekunder.
Dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.
3- Zat warna alam (natural dyes)
Zat warna alam (natural dyes) adalah zat warna yang
diperoleh dari alam/ tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Agar zat pewarna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik,
proses pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur logam ke
dalam serat (Tawas/Al). Bahan pewarna alam yang bisa digunakan untuk tekstil
dapat diambil pada tumbuhan bagian Daun, Buah, Kuli kayu, kayu atau bunga. Tumbuhan penghasil warna alam selain tersebut di
atas, sampai saat ini sudah ditemukan sekitar 150 jenis tumbuhan yang diteliti
oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Tanaman lain diantaranya:
Morinda citrifolia (Jawa: pace, mengkudu, Hawai:
noni), menghasilkan warna merah dari kulit akar, warna soga dihasilkan oleh
tiga jenis tanaman yang digabungkan atau diekstrak bersama-sama antara Ceriops condolleana
(Jawa: tingi), Pelthopherum pterocarpum (Jawa: jambal) dan Cudrania javanensis
(Jawa: tegeran) dicampur menjadi satu, dengan perbandingan 4:2:1 yang berasal
dari kayu atau kulit kayunya.
4- Zat warna sintetis (synthetic
dyes)
Zat warna sintetis (synthetic
dyes) atau zat wana kimia mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya.
Zat Warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti
benzena, toluena, naftalena dan antrasena diperoleh dari ter arang batubara (coal,
tar, dyestuff) yang merupakan cairan kental berwarna hitam dengan
berat jenis 1,03 - 1,30 dan terdiri dari despersi karbon dalam minyak. Minyak tersebut
tersusun dari beberapa jenis senyawa dari bentuk yang paling sederhana misalnya
benzena (C6H6) sampai bentuk yang rumit mialnya krisena (C18H12) dan pisena (C22Hn). Macam-macam zat warna sintetis antara lain:
1-
Zat warna Direk
2-
Zat warna Asam
3-
Zat warna Basa
4-
Zat warna Napthol
5-
Zat warna Belerang
6-
Zat warna Pigmen
7-
Zat warna Dispersi
8-
Zat warna Bejana
9-
Zat warna Bejana larut (Indigosol)
10- Zat warna Reaktif
Tidak semua zat warna
sintetis bisa dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan, karena ada zat warna
yang prosesnya memerlukan perlakuan khusus, sehingga hanya bisa dipakai pada
skala industri. Tetapi zat warna sintetis yang banyak dipakai untuk pewarnaan
bahan kerajinan.