Wednesday 15 May 2013

PROSES PEMBUATAN CHIP SERAT FILAMENT



Chip adalah suatu bentuk dari pliester polimer berupa padatan.

Serat Poliester merupakan serat buatan yang dibuat dengan mereaksikan asam tereftalat dengan etilena glikol dan proses pembuatannya dengan pemintalan leleh dimana reaksi dari asam tereftalat dengan etilena glikol akan dihasilkan chip serat yang padat berbentuk butiran selanjutnya akan dilelehkan dan dilakukan proses penarikan untuk menghasilkan serat tekstil.

Pada industri pemintalan polister yang modern, bahan baku pemintalan leleh tidak lagi berbahan baku chip poliester, melainkan dapat berasal dari monomer atau bahkan senyawa asam tereftalat dan etilena glikol langsung sebagai bahan baku monomer, sehingga proses produksi bisa berjalan lebih singkat dan efisien.

Proses polimerisasi yakni penggabungan monomer-monomer membentuk rantai dalam membentuk poliester berlangsung dalam 2 tahap pembentukan yaitu esterifikasi dan polikondensasi.

1. Esterifikasi

Esterifikasi merupakan tahap pembentukan monomer. Proses ini disebut langsung karena gugus karboksil (-COOH-) dari asam tereftalat dapat dengan mudah bereaksi dengan etilena glikol, sehingga tidak memerlukan katalis/pempercepat rekasi.

Proses esterifikasi diawali dengan pemompaan larutan homogen yang mengandung asam tereftalat murni, etilena glikol, kobalt asetat, asam fosfit, diantimontrioksida, dan titaniumoksida ke dalam reaktor. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 45 menit pada reaktor bersuhu proses 10-20OC. Dalam proses ini akan dihasilkan produk sampingan berupa air yang dapat menghambat kesetimbangan reaksi dan menghambat hasil, untuk itu air perlu dihilangkan dari proses dengan dipompa, agar dihasilkan berat molekul monomer yang besar, selain itu juga jumlah pereaksi (etilena glikol) yang ditambahkan harus berlebih 10-20% karena etilena glikol akan mengalami banyak kehilangan akibat destilasi kontinyu selama tahap reaksi.

Proses ini berkahir ketika seluruh air sebagai produk samping dapat di destilasi (dipisahkan dari larutan murni yang diinginkan) seluruhnya dan produk reaksi berupa BHET (bishidroksi etlena tereftalat) yang kemudian akan dipindahkan ke dalam reaktor polikondensasi  bersuhu 260OC dengan cara didorong menggunakan tekanan gas nitrogen 2,3 kg/cm3 melalui suatu filter untuk menyaring kotoran.  Selain air, hasil samping yang harus dihindari adalah terbentuknya asetaldehida yang terbentuk akibat terdegradasi suhu yang tinggi, yang akibatnya akan berpengaruh pada sifat akhir polimer poliester yang terbentuk.

2.  Polikondensasi

Polikondensasi merupakan proses penggabungan monomer-monomer membentuk suatu polimer. Panjang rantai polimer yang terbentuk dari reaksi ini dinyatakan dalam derajat polimerisasi yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan lama reaksi melalui putaran pengadukan yang dilakukan secara bertahap. Dalam proses ini dapat juga terjadi kerusakan rantai polimer yang sudah terbentuk yang diakibatkan oleh adanya Oksigen, yang berasal dari dalam maupun dari luar reaktor walaupun jumlahnya sangat sedikit karena terjadinya kerusakan rantai akan menjadi besar sebab ini terjadi pada waktu proses reaksi penggabungan monomer.

Sifat Poliester atau Polietilenatereftalat (PET) yang terbentuk dari hasil reaksi polimerisasi dipengaruhi oleh jumlah gugus penghubung pada rantai. Misalkan, adanya senyawa dietilenaglikol (DEG) pada rantai polimer akan meningkatkan daya serap serat terhadap zat warna tetapi jika terlalu banyak maka akan menurunkan kekuatan tarik dan menurunkan ketahanan suhu dari serat. Disamping DEG yang dapat mempengaruhi sifat serat adalah adanya gugus ujung asam (karboksil) yang terbentuk pada proses polimerisasi, keberadaan gugus asam yang terlalu banyak mengindikasikan bahwa proses reaksi polimerisasi belum sempurna atau terjadi kerusakan rantai polimer akibat fotooksidasi oleh panas atau oksigen sehingga terjadi pemutusan rantai polietilenatereftalat (PET) dan berdampak kekuatan serat yang terbentuk menurun.

Seri kuliah Pembuatan Serat Tekstil, STT Tekstil Bandung
Proses pembuatannya melalui suatu rangkaian proses kimia yang memerlukan waktu panjang dan dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain;b
    
   1.   Ester Interchange Reaction and Polycondensation (EL-Method)
   
   2.   Direct Esterification and Polycondensation (DE-Method)

Proses Pembuatan Chip dengan DE-Method)
    
    a.    Proses pembuatan slurry (TA + EG)

Bahan baku utama adalah asam tereptalat (TA) dan etelin glikol (EG) dengan ratio tertentu membentuk slurry (bubur).
Bahan tambahan (katalis dan aditif) #
Untuk mengendalikan kualitas chip yang akan diproses pada proses hilir (SF, FOY, POY) serta untuk mempercepat proses reaksi kimia diperlukan bahan tambahan senyawa kimia antara lain; senyawa amina (N1), senyawa pospat (SS), Oksida titanium (TiO2) dan Oksida Antimoni (C2) 
   
    b.    Proses reaksi “Direct Esterification and Polycondensation

Prinsip => polimer bentuk cairan dirubah secara fisika menjadi bentuk padatan melalui suatu tahapan proses => chip cutting





PRODUKSI

Ada lima jenis produksi chip yang diproduksi dibagian polimer antara lain:
Jenis semi dull   (SD)=> TiO2  = 0,34%
Jenis bright  (BR)=> TiO2  = 0,08%
Jenis Brilliant Bright   (BB) atau Super Bright => TiO2 = 0%
Jenis Cationic dye-able   (CD)
Jenis full bull         (FD)


Produksi chip dilakukan dengan proses batch arti hasil akhirnya berupa biji plastic dengan ukuran tertentu, dan untuk proses selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan filament.

Dari proses diatas, produk yang dihasilkan keluar dalam bentuk sebuah ban atau beberapa benang Serat yang berdiameter cukup besar dan masih bertekstur lembek dan kemudian dikoogulasi (dikakukan/ dipadatkan) dalam bak air dan dipotong-potong menjadi ukuran panjang 5-8 mm x 5-8 mm, lebar 2 mm atau 3 mm   panjang x diameter 3mm. Potongan-potongn kecil dari polimer yang diekstrudir ini masing-masing disebut flake atau chip.


Chip-chip ini kemudian siap untuk diproses pada mesin pemintalan serat sintetis. Secara teori dasar, mesin Pemintalan serat sintetis terdiri dari Tiga macam, yaitu :
   
    1.   Dry Spinning
    2.   Wet Spinning
    3.   Melt Spinning